Logo Klinik Gigi Joy Dental
Beranda » Artikel » Mengatasi Resesi Gusi: Penyebab, Gejala, dan Solusi Perawatan

Mengatasi Resesi Gusi: Penyebab, Gejala, dan Solusi Perawatan

Juni 7, 2024

Klinik Gigi Joy Dental – Halo Sobat Joy, apakah Sobat Joy sudah tahu mengenai resesi gusi? Jika belum, Sobat Joy bisa menyimak artikel kali ini. Karena kami akan membahas lebih detail terkait apa itu resesi gusi, penyebab, gejala, hingga solusi perawatannya.

Kesehatan gusi sangat penting untuk menjaga kesehatan mulut secara keseluruhan. Gusi yang sehat berperan sebagai fondasi bagi gigi, membantu mencegah infeksi, dan kerusakan gigi. Penyakit gusi seperti gingivitis dan periodontitis dapat menyebabkan kerontokan gigi dan masalah kesehatan lainnya jika tidak ditangani.

Informasi menarik terkait resesi gusi, Sumber: ccdental.com.au
Informasi menarik terkait resesi gusi, Sumber: ccdental.com.au

Apa Itu Resesi Gusi?

Resesi gusi adalah kondisi di mana jaringan gusi yang mengelilingi gigi mengalami penurunan atau penyusutan, menyebabkan terlihatnya akar gigi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kebersihan mulut yang buruk, penyakit gusi, trauma fisik akibat menyikat gigi terlalu keras, atau faktor genetik. 

Ketika gusi menyusut, akar gigi yang sensitif menjadi terbuka, menyebabkan rasa nyeri dan ketidaknyamanan terutama saat mengkonsumsi makanan atau minuman panas dan dingin. Akar gigi yang terekspos juga lebih rentan terhadap kerusakan gigi dan pembentukan plak, yang dapat menyebabkan infeksi.  

Selain itu, resesi gusi meningkatkan risiko penyakit periodontal, yang jika tidak diobati, dapat menyebabkan kerontokan gigi. Kondisi ini juga bisa menyebabkan masalah estetika, seperti tampilan gigi yang lebih panjang. Oleh karena itu, pencegahan dan penanganan resesi gusi sangat penting untuk menjaga kesehatan mulut secara menyeluruh.

Penyebab Resesi Gusi

Setelah mengetahui terkait apa itu resesi gusi, Sobat Joy perlu mengetahui mengenai apa saja penyebab dari terjadinya kondisi ini.

1. Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal atau penyakit gusi merupakan penyebab utama resesi gusi. Dimulai dengan gingivitis, penyakit ini menyebabkan peradangan dan pendarahan pada gusi akibat penumpukan plak bakteri. 

Jika tidak ditangani, gingivitis berkembang menjadi periodontitis, di mana infeksi menyebar ke jaringan penyangga gigi. Proses ini menyebabkan kerusakan jaringan dan tulang yang mendukung gigi, sehingga gusi mulai menyusut atau meresesi.

2. Kebersihan Mulut yang Buruk

Kesehatan mulut yang buruk dapat mempercepat terjadinya resesi gusi. Plak yang tidak dibersihkan dapat menyebabkan peradangan gusi (gingivitis) yang jika dibiarkan berlanjut menjadi penyakit periodontal.

3. Teknik Menyikat Gigi yang Salah

Menyikat gigi terlalu keras atau menggunakan sikat gigi dengan bulu kasar dapat merusak jaringan gusi dan menyebabkan gusi resesi. Menyikat dengan gerakan horizontal yang kasar juga dapat mengikis enamel gigi dan mendorong gusi menjauh dari gigi. 

Selain itu, tidak menyikat seluruh permukaan gigi dan gusi dengan benar dapat meninggalkan plak dan tartar, yang menyebabkan peradangan gusi dan memperburuk resesi.

4. Merokok atau Penggunaan Produk Tembakau

Merokok atau penggunaan produk tembakau dapat memperburuk resesi gusi. Nikotin dan bahan kimia lain dalam tembakau mengurangi aliran darah ke gusi, sehingga menghambat penyembuhan dan memperburuk kesehatan gusi. 

Merokok juga meningkatkan penumpukan plak dan tartar yang memicu peradangan dan infeksi gusi. Kebiasaan ini juga mengurangi efektivitas sistem kekebalan tubuh, sehingga sulit melawan infeksi gusi.

Terdapat berbagai faktor penyebab terjadinya resesi gusi, Sumber: tnperio.com
Terdapat berbagai faktor penyebab terjadinya resesi gusi, Sumber: tnperio.com

5. Genetika atau Faktor Keturunan

Beberapa individu secara genetik lebih rentan terhadap penyakit periodontal, yang dapat menyebabkan resesi gusi. Faktor keturunan juga mempengaruhi kekuatan dan struktur jaringan gusi serta tulang penyangga gigi. 

Misalnya, ketebalan jaringan gusi yang lebih tipis dapat diwariskan dan lebih mudah menyusut. Selain itu, respon imun yang diwariskan juga dapat mempengaruhi bagaimana tubuh melawan infeksi dan peradangan gusi.

6. Perubahan Hormon pada Wanita

Selama masa pubertas, menstruasi, kehamilan, dan menopause, fluktuasi hormon seperti estrogen dan progesteron dapat meningkatkan sensitivitas gusi terhadap plak dan bakteri. Kondisi ini menyebabkan peradangan gusi yang dikenal sebagai gingivitis hormonal, yang jika tidak ditangani, dapat berkembang menjadi penyakit periodontal dan resesi gusi. 

Pada masa kehamilan, peningkatan hormon dapat menyebabkan "tumor kehamilan" pada gusi, yang memperparah peradangan. Menopause juga membawa perubahan hormon yang mengurangi aliran darah ke gusi, mengakibatkan jaringan gusi menyusut.

7. Penggunaan Behel/Othodontik yang Tidak Tepat

Behel yang dipasang atau disesuaikan dengan tidak benar dapat menekan gusi secara berlebihan, mengakibatkan iritasi dan peradangan. Tekanan yang tidak merata juga dapat merusak jaringan gusi, membuat gusi menyusut dan memperlihatkan akar gigi. 

Selain itu, behel yang tidak dipelihara dengan baik dapat mengumpulkan plak dan bakteri di sekitar kawat dan bracket, yang memicu resesi gusi.

8. Cidera atau Trauma pada Gusi

Trauma fisik seperti kecelakaan yang melibatkan mulut atau pukulan langsung ke gigi dan gusi, dapat merusak jaringan gusi. Cedera berulang atau tekanan berlebihan pada gusi menyebabkan jaringan gusi menyusut memperlihatkan akar gigi.

Gejala Resesi Gusi

Untuk gejala dari resesi gusi sendiri ada beberapa yang mungkin akan dirasakan oleh penderitanya, yakni meliputi:

1. Gusi yang Surut dan Akar Gigi yang Terlihat

Gusi yang surut menyebabkan gigi tampak lebih panjang dari biasanya dan dapat menimbulkan ketidaknyamanan estetika. Akar gigi yang terekspos menjadi lebih sensitif sehingga menyebabkan rasa nyeri atau ketidaknyamanan saat makan dan minum.

2. Gigi yang Tampak Lebih Panjang dari Biasanya

Ketika gusi menyusut, bagian akar gigi yang biasanya tertutup menjadi terlihat, membuat gigi tampak lebih panjang. Gigi yang tampak lebih panjang ini juga dapat mempengaruhi estetika senyum dan menimbulkan ketidaknyamanan.

3. Sensitivitas Terhadap Suhu Panas atau Dingin

Ketika gusi menyusut, akar gigi yang tidak dilapisi enamel menjadi terbuka, membuatnya lebih peka terhadap perubahan suhu. Makanan atau minuman panas dan dingin dapat menyebabkan rasa nyeri yang tajam dan tidak nyaman. Sensitivitas ini juga bisa dipicu oleh makanan manis atau asam.

4. Gusi yang Merah, Bengkak, atau Berdarah

Peradangan dan iritasi pada gusi bisa terjadi karena penumpukan plak dan bakteri di sekitar garis gusi. Gusi yang terinfeksi atau meradang sering kali tampak merah dan bengkak, serta dapat berdarah saat menyikat gigi atau menggunakan benang gigi.

5. Bau Mulut yang Tidak Sedap

Penumpukan plak dan bakteri di garis gusi yang meradang dapat menghasilkan bau yang tidak sedap. Ketika gusi menyusut dan menciptakan kantong di sekitar gigi, bakteri mudah berkembang biak di area tersebut, menyebabkan infeksi, dan bau mulut. 

Cara Mendiagnosa Resesi Gusi oleh Dokter Gigi

Bagaimana cara dokter mendiagnosa seseorang terkena resesi gusi? Berikut tahap-tahap yang dilakukan oleh dokter gigi.

1. Pemeriksaan Klinis oleh Dokter Gigi

Selama pemeriksaan, dokter gigi akan mengamati secara visual keadaan gusi dan gigi pasien. Mereka akan memeriksa tanda-tanda gusi yang surut, sensitivitas gigi, dan kondisi umum jaringan gusi. 

Dokter gigi juga akan menanyakan riwayat kesehatan mulut pasien serta kebiasaan sehari-hari yang dapat mempengaruhi kesehatan gusi. Pemeriksaan klinis ini penting untuk menentukan tingkat keparahan resesi gusi dan merencanakan langkah-langkah perawatan yang tepat untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

Perawatan resesi gusi, Sumber: bpidental.co.uk
Perawatan resesi gusi, Sumber: bpidental.co.uk

2. Penggunaan Alat Pengukur Kedalaman Kantong Gusi

Diagnosis resesi gusi juga dilakukan dengan penggunaan alat pengukur kedalaman kantong gusi, atau periodontal probe. Dokter gigi menggunakan alat ini untuk mengukur kedalaman kantong antara gusi dan gigi. Kedalaman yang normal biasanya berkisar antara 1-3 mm. 

Jika kantong gusi lebih dalam, ini bisa menjadi indikasi adanya resesi gusi atau penyakit periodontal. Pengukuran yang teliti membantu menentukan sejauh mana jaringan gusi telah menyusut dan seberapa parah kondisi tersebut. Informasi ini penting untuk merancang rencana perawatan yang sesuai dan efektif.

3. Pemeriksaan Sinar-X untuk Menilai Kondisi Tulang Pendukung Gigi

Pemeriksaan sinar-X merupakan metode penting dalam mendiagnosa resesi gusi. Sinar-X membantu dokter gigi melihat kondisi tulang yang mendukung gigi, yang tidak terlihat dengan pemeriksaan klinis biasa. 

Melalui gambar sinar-X, dokter gigi dapat menilai apakah ada kerusakan atau kehilangan tulang yang mendukung gigi akibat penyakit periodontal. Kondisi tulang yang menurun atau rusak mengindikasikan tingkat keparahan resesi gusi. 

Pemeriksaan sinar-X memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kesehatan mulut dan membantu dalam merencanakan perawatan yang tepat untuk mengatasi resesi gusi dan mencegah kerusakan lebih lanjut.

Solusi Perawatan Resesi Gusi

Apa saja solusi yang dilakukan untuk merawat resesi gusi? Berikut beberapa diantaranya yang perlu Sobat Joy ketahui.

1. Perawatan Kebersihan Mulut yang Baik

Menjaga kebersihan mulut yang baik sangat penting untuk mencegah resesi gusi. Rutin menyikat gigi dua kali sehari dan membersihkan sela-sela gigi dengan benang gigi membantu menghilangkan plak dan bakteri yang dapat menyebabkan peradangan dan penyakit gusi.

Teknik Menyikat Gigi yang Benar

Menggunakan teknik menyikat gigi yang benar dapat mencegah resesi gusi. Gunakan sikat gigi berbulu lembut dan gerakan melingkar yang lembut untuk membersihkan gigi tanpa merusak jaringan gusi. Hindari menyikat terlalu keras yang dapat menyebabkan kerusakan gusi.

Penggunaan Benang Gigi dan Obat Kumur Antiseptik

Menggunakan benang gigi setiap hari dan obat kumur antiseptik membantu membersihkan area yang sulit dijangkau oleh sikat gigi. Ini membantu mengurangi penumpukan plak dan bakteri, mencegah peradangan, dan resesi gusi. 

2. Perawatan Non-Bedah

Perawatan non-bedah untuk resesi gusi meliputi scaling dan root planing, pembersihan mendalam untuk menghilangkan plak dan tartar dari bawah garis gusi. Ini membantu mengurangi peradangan dan meningkatkan penyembuhan jaringan gusi.

Pembersihan Mendalam (Scaling dan Root Planing)

Scaling dan root planing adalah prosedur pembersihan mendalam untuk menghilangkan plak dan tartar dari bawah garis gusi. Ini membantu mengurangi peradangan dan memungkinkan gusi untuk melekat kembali pada permukaan gigi, mencegah resesi lebih lanjut.

Pemberian Antibiotik Lokal atau Sistemik

Antibiotik lokal atau sistemik dapat diresepkan untuk mengatasi infeksi bakteri yang menyebabkan resesi gusi. Ini membantu mengurangi peradangan dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada jaringan gusi dan tulang pendukung gigi.

3. Perawatan Bedah

Jika perawatan non-bedah tidak efektif, perawatan bedah mungkin diperlukan. Prosedur bedah seperti operasi flap atau cangkok gusi dilakukan untuk mengatasi resesi gusi yang parah dan memperbaiki kerusakan pada jaringan gusi.

Cangkok Gusi (Gum Grafting)

Cangkok gusi melibatkan pengambilan jaringan dari bagian lain mulut atau donor dan menempelkannya ke area yang mengalami resesi. Prosedur ini membantu menutupi akar gigi yang terbuka dan memperkuat jaringan gusi.

Operasi Flap untuk Membersihkan Area yang Terdampak

Operasi flap melibatkan pengangkatan gusi untuk membersihkan area yang terkena plak secara mendalam. Setelah dibersihkan, gusi diposisikan kembali dengan benar untuk mengurangi kedalaman kantong gusi dan mencegah resesi lebih lanjut.

Regenerasi Jaringan Menggunakan Protein atau Matriks Kolagen

Prosedur regenerasi jaringan menggunakan protein atau matriks kolagen membantu merangsang pertumbuhan jaringan baru dan tulang di area yang terkena resesi gusi. Ini membantu memperkuat struktur pendukung gigi dan mengurangi resesi.

4. Perubahan Gaya Hidup

Mengadopsi gaya hidup sehat sangat penting untuk mencegah resesi gusi. Menghindari kebiasaan yang merusak gusi dan menjaga kesehatan mulut yang baik dapat mencegah peradangan dan kerusakan gusi.

Berhenti Merokok

Berhenti merokok sangat penting untuk mencegah resesi gusi. Merokok melemahkan sistem kekebalan tubuh dan memperlambat penyembuhan gusi, sehingga meningkatkan risiko penyakit periodontal dan resesi gusi.

Menghindari Makanan dan Minuman yang Dapat Merusak Gusi

Menghindari makanan dan minuman yang dapat merusak gusi, seperti makanan manis dan asam, membantu menjaga kesehatan gusi. Makanan ini dapat memperburuk iritasi dan peradangan pada gusi yang dapat menyebabkan resesi.

Menggunakan Pelindung Mulut saat Tidur jika Mengalami Bruxism 

Menggunakan pelindung mulut saat tidur dapat melindungi gusi dan gigi dari kerusakan akibat bruxism (menggeretakkan gigi). Bruxism dapat menyebabkan tekanan berlebihan pada gusi, yang memperburuk resesi gusi. 

Mengunjungi dokter gigi untuk konsultasi terkait kondisi gusi, Sumber: west10thdental.com
Mengunjungi dokter gigi untuk konsultasi terkait kondisi gusi, Sumber: west10thdental.com

Pencegahan Resesi Gusi

Berikut berbagai hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya resesi gusi yang bisa Sobat Joy ikuti.

1. Rutin Melakukan Pemeriksaan Gigi ke Dokter Gigi

Pemeriksaan gigi ke dokter gigi penting untuk pencegahan resesi gusi. Pemeriksaan berkala membantu mendeteksi masalah gusi sejak dini, memungkinkan penanganan tepat waktu untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. 

2. Menjaga Kebersihan Mulut yang Optimal

Menyikat gigi dua kali sehari, menggunakan benang gigi, dan obat kumur antiseptik membantu menghilangkan plak dan mencegah peradangan gusi.

3. Menghindari Faktor Risiko Seperti Merokok dan Teknik Menyikat Gigi yang Salah

Menghindari merokok dan menggunakan teknik menyikat gigi yang benar adalah kunci mencegah resesi gusi. Merokok memperburuk kesehatan gusi, sementara teknik menyikat yang benar mencegah kerusakan gusi.

4. Mengkonsumsi Makanan Sehat yang Mendukung Kesehatan Gusi

Mengkonsumsi makanan sehat seperti buah-buahan, sayuran, dan makanan kaya vitamin C dan kalsium, mendukung kesehatan gusi. Nutrisi yang baik memperkuat jaringan gusi dan membantu mencegah peradangan serta resesi gusi. 

Segera konsultasikan dengan dokter gigi jika mengalami gejala resesi gusi. Menjaga kebersihan mulut, menghindari faktor risiko, dan mengkonsumsi makanan sehat sangat penting. Perawatan dan pencegahan dini dapat mencegah kerusakan lebih lanjut dan menjaga kesehatan gusi secara optimal.

Penulis: drg. Addiena Amalia Utami

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram