Klinik Gigi Joy Dental, Yogyakarta - Halo, Sobat Joy! Apakah Sobat Joy pernah mendengar tentang kista gigi? Bagi sebagian orang, kista gigi merupakan istilah yang masih asing dan belum banyak yang tahu mengenai bahayanya kista gigi. Mari kita simak penjelasannya!
Apa Itu Kista Gigi dan Penyebabnya?
Pertanyaan terkait kista gigi dan penyebabnya akan kami bahas di bawah ini. Berikut informasi terkait kista gigi dan juga penyebabnya yang perlu Sobat Joy ketahui.
Apa Itu Kista Gigi?
Kista gigi merupakan sebuah kavitas patologis yang berisi cairan. Bisa dibayangkan kista gigi ibarat seperti balon berisi air yang menempel pada ujung akar gigi. Kista gigi bersifat ekspansif atau bisa terus membesar seiring dengan waktu.
Ketika kista semakin membesar, maka tulang disekitar kista semakin terkikis, sehingga tulang disekitar kista akan menipis dan rapuh. Kista gigi merupakan kondisi yang umum terjadi pada gigi yang sudah lama rusak dan dibiarkan saja atau tidak dilakukan perawatan.
Mungkin Sobat Joy penasaran, bagaimana kista gigi bisa terbentuk? Bermula dari bakteri dalam mulut yang menyebabkan gigi kita berlubang, kemudian lubang menjadi semakin dalam hingga menembus kamar pulpa. Pulpa adalah ruangan di dalam gigi yang berisi saraf dan pembuluh darah.
Ketika infeksi bakteri sudah mencapai kamar pulpa, maka saraf kita mengalami peradangan sehingga timbul rasa sakit yang tidak tertahankan. Kemudian perlahan-lahan saraf gigi mengalami kerusakan dan saraf gigi mati (pulpa non vital).
Selanjutnya infeksi bakteri semakin menyebar hingga ke ujung akar gigi, sehingga timbul peradangan di ujung akar gigi. Jika gigi dibiarkan saja atau tidak dilakukan perawatan, maka peradangan pada ujung akar gigi akan terjadi terus-menerus, hingga memicu terbentuknya lapisan balon atau kista gigi tersebut.
Kista gigi yang masih berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan keluhan, sehingga jarang terdeteksi. Namun lama-kelamaan penumpukan cairan di dalam balon atau kista semakin banyak, sehingga ukuran kista membesar dan menekan tulang di sekitarnya, sehingga tulang semakin menipis dan rapuh.
Jika dibiarkan, kista yang semakin membesar akan menyebabkan pembengkakan pada rahang. Lalu apa bedanya kista gigi dan abses gigi dok? Abses gigi terjadi karena infeksi bakteri sudah mencapai ujung akar gigi, dan menyebabkan penumpukan nanah/pus. Pada fase abses, kita akan merasakan sakit, gusi bengkak, bahkan bisa disertai demam.
Jika abses gigi dibiarkan atau tidak dilakukan perawatan maupun minum obat antibiotik, maka tubuh kita akan berusaha mengeluarkan nanah dengan cara membuat jalur keluar melalui gusi. Akan timbul benjolan kecil seperti jerawat pada gusi, kemudian benjolan akan pecah sehingga keluar nanah dan darah.
Tapi tentu saja cara ini tidak bisa 100% efektif mengeluarkan nanah. Masih terdapat nanah di sekitar ujung akar gigi yang tidak bisa keluar atau bersih sempurna. Sehingga tubuh akan melapisi sisa-sisa nanah tersebut dengan cara membentuk balon atau kista gigi. Hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk menahan supaya infeksi bakteri dan nanah tidak berkembang lagi.
Kemudian nanah yang tersisa di dalam balon atau kista gigi akan dimakan oleh sel darah putih dan berubah menjadi cairan. Sehingga kista gigi pada akhirnya akan terisi dengan cairan. Kesimpulannya abses gigi berisi nanah/pus, sedangkan kista gigi berisi cairan.
Apa Penyebab Kista Gigi?
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kista gigi disebabkan gigi yang berlubang atau infeksi gigi yang tidak diobati. Selain itu, kista gigi juga dapat disebabkan trauma atau benturan pada gigi maupun penyumbatan saluran akar gigi. Mekanismenya juga sama, pada kasus trauma atau penyumbatan saluran akar gigi, terjadi peradangan terus-menerus pada ujung akar gigi, sehingga memicu terbentuk kista gigi.
Selain itu kista gigi juga dapat terbentuk pada gigi yang impaksi atau tidak erupsi. Fenomena ini disebut kista dentigerus. Namun kista jenis ini akan dijelaskan lebih lanjut pada artikel lain.
Gejala dan Tanda Kista Gigi
Terdapat beberapa gejala dan tanda adanya kista gigi yang wajib Sobat Joy ketahui. Penasaran apa saja itu? Simak penjelasannya berikut ini.
1. Gejala Umum
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kista yang masih berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala, sehingga jarang terdeteksi. Kista ukuran kecil biasanya ditemukan secara tidak sengaja saat dilakukan pengambilan rontgen gigi
Namun kista yang sudah membesar, akan menyebabkan beberapa keluhan. Misalnya seperti rasa sakit saat mengunyah atau rasa sakit ketika gigi diketuk. Oleh sebab itu gigi menjadi sangat sensitif dan terasa nyeri ketika disentuh atau tersenggol oleh lidah.
Selain itu, kista yang membesar akan menyebabkan pembengkakan tulang rahang sehingga timbul benjolan di area ujung gigi dan terjadi perubahan bentuk rahang. Ketika rahang ditekan, timbul suara retakan-retakan kecil (disebut krepitus) yang menandakan tulang rahang semakin menipis karena pembesaran kista, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah retak.
2. Gejala Spesifik Tergantung Lokasi
Gejala yang timbul juga dipengaruhi lokasi kista. Contohnya kista pada rahang bawah, jika kista memiliki ukuran yang sangat besar, maka kista dapat menekan saraf besar pada rahang. Jika saraf tertekan, maka timbul rasa kebas/kesemutan pada area dagu dan lidah.
Pada kasus kista gigi yang sangat besar dan melibatkan sebagian besar rahang, tulang rahang menjadi sangat tipis dan rapuh sehingga dapat terjadi fraktur atau patah tulang rahang.
Diagnosis dan Pengobatan Kista Gigi
Setelah mengetahui berbagai gejala dan tanda kista gigi, selanjutnya Sobat Joy perlu mengetahui berbagai diagnosis dan pengobatan dari kista gigi.
1. Diagnosis Kista Gigi
Penegakkan diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan klinis dan pengambilan rontgen. Pemeriksaan klinis dilakukan dengan cara :
- Memeriksa vitalitas/sensitivitas saraf gigi. Kista gigi biasanya terbentuk pada gigi yang sudah berlubang sejak lama dan saraf gigi tersebut sudah mati, sehingga gigi dinyatakan non vital.
- Perkusi. Pemeriksaan perkusi dengan cara gigi diketuk. Gigi akan terasa sakit saat diketuk dan saat mengunyah/menggigit kuat.
- Palpasi. Pemeriksaan palpasi dengan cara menekan tulang di sekitar gigi. Palpasi berfungsi memastikan apakah ada pembengkakan dan adanya suara krepitus (retakan-retakan kecil pada tulang di sekitar gigi).
Pemeriksaan Rontgen
Pada kista berukuran kecil, dapat terdeteksi dengan rontgen periapikal. Rontgen periapikal hanya menunjukkan gigi terkait dan jaringan di sekitarnya.
Sedangkan pada kasus kista berukuran besar, perlu dilakukan rontgen panoramik (OPG) untuk memastikan perluasan kista sudah melibatkan tulang rahang secara keseluruhan atau belum.
2. Pengobatan Kista Gigi
Pemilihan jenis pengobatan terhadap kista gigi dipertimbangkan berdasarkan lokasi kista, ukuran serta perluasan kista, jenis kista gigi, dan berbagai pertimbangan lainnya. Kista gigi dapat mengecil atau dapat diambil dengan berbagai cara, seperti :
Perawatan Saluran Akar (PSA)
Gigi yang sudah mati karena infeksi bakteri perlu dilakukan perawatan saluran akar (PSA). Pada perawatan ini, seluruh saluran akar gigi akan dibersihkan dan dipastikan seluruh bakteri dalam saluran akar sudah mati atau steril.
Kemudian, dimasukkan bahan guta perca untuk mengisi saluran akar gigi hingga penuh dan akhirnya gigi ditumpat atau direstorasi ke bentuk semula. Keunggulan dari PSA adalah gigi asli kita dipertahankan (tidak perlu dilakukan pencabutan gigi).
Setelah itu akan dilakukan observasi dan rontgen gigi secara berkala untuk melihat perkembangan kista gigi. Biasanya setelah dilakukan PSA, kista gigi akan berangsur-angsur mengecil dan akhirnya hilang.
Pemotongan Ujung Akar Gigi
Apabila sudah dilakukan PSA, namun ukuran kista tetap tidak mengecil maka perlu dilakukan perawatan tambahan berupa pemotongan ujung akar gigi. Kista bersifat menempel kuat pada ujung akar gigi, sehingga dilakukan pemotongan ujung akar gigi. Kemudian potongan ujung akar beserta kista yang menempel tersebut akan diambil hingga bersih.
Pencabutan Gigi
Pada beberapa kasus, gigi yang sudah mati tidak dapat dipertahankan lagi. Misalnya, lubang sudah terlalu dalam hingga mencapai bifurkasi gigi, atau mahkota gigi sudah hilang seluruhnya sehingga hanya tertinggal akar giginya saja.
Pada kasus seperti ini tidak dapat dilakukan PSA, sehingga perlu dilakukan pencabutan gigi. Ketika gigi dicabut, kista akan ikut tercabut bersamaan dengan gigi. Sehingga kista gigi terambil bersih dan hilang.
Pembedahan Kista
Pada beberapa kasus, ukuran kista sudah terlalu besar dan sudah timbul benjolan pada rahang, sehingga perlu dilakukan pembedahan. Pembedahan dilakukan dengan cara membuka gusi dan tulang yang menutupi kista. Setelah kista terbuka, maka dapat dilakukan pengambilan kista.
Terdapat 2 jenis teknik pengambilan kista, yaitu enukleasi dan marsupialisasi. Pada enukleasi, seluruh bagian kista beserta gigi yang terlibat akan diambil, sehingga seluruh kista terangkat bersih. Enukleasi boleh dilakukan pada kasus kista yang tidak melibatkan atau tidak menekan struktur yang berbahaya, seperti pembuluh darah besar atau saraf besar.
Namun pada kasus kista yang sangat besar dan membahayakan struktur di sekitarnya, perlu dilakukan marsupialisasi. Yaitu isi cairan di dalam kista disedot terlebih dahulu, sehingga ukuran kista akan mengecil dan tidak menekan atau membahayakan struktur di sekitarnya. Setelah ukuran kista cukup kecil, baru dilakukan pengambilan keseluruhan kista.
3. Pencegahan
Tips untuk mencegah terbentuknya kista gigi adalah dengan menjaga kebersihan gigi dan mulut. Sikat gigi minimal 2x sehari yaitu pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur, supaya gigi tidak berlubang.
Selain itu periksa rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali, supaya dokter gigi dapat melakukan deteksi dini. Jika ada gigi yang berlubang, perlu segera ditumpat agar lubang tidak semakin besar dan menyebabkan sakit. Ingat ya Sobat Joy, jangan tunggu sakit gigi dulu baru ke dokter gigi.
Penting untuk mendeteksi kista gigi lebih dini agar dapat dilakukan perawatan yang tepat, serta mencegah komplikasi yang lebih parah ya Sobat Joy! Apabila Sobat Joy memiliki keluhan atau kekhawatiran terkait kista gigi, segera periksakan ke Klinik Gigi Joy Dental terdekat ya!
Penulis : drg. Hana Ameli Irawan