Logo Klinik Gigi Joy Dental
Beranda » Artikel » Kenali Serangan Ngilu pada Gigi

Kenali Serangan Ngilu pada Gigi

Desember 1, 2014

Ngilu rasanya. Begitu komentar banyak orang ketika muncul rasa nyeri yang tajam dan singkat setelah mengonsumsi makanan atau minuman panas, dingin atau makanan yang terasa manis atau asam. Sebagian orang memilih untuk membiarkan kondisi tersebut karena menganggapnya sebagai sesuatu yang alami dan tidak perlu dirawat. Sebagian orang memilih untuk membiarkan kondisi gigi ngilu Ati (28), sekretaris yang berkantor di bilangan Sudirman, termasuk orang yang menganggap enteng rasa ngilu di giginya. "Soalnya rasa ngilunya hanya timbul kalau makan makanan tertentu saja. Setelah itu nyerinya hilang," kata penggemar wisata kuliner ini.

Faktanya, rasa ngilu di gigi merupakan pertanda terjadinya hipersensitif dentin atau gigi sensitif. Kondisi merupakan masalah pada gigi yang bukan berasal dari penyakit gigi. Penyebabnya adalah tererosinya email atau karena gusi yang turun dan melorot sehingga akar gigi terekspos.

Letak dentin sendiri ada di bawah email. Dentin terdiri dari jutaan sel kecil yang tersusun seperti tabung yang peka terhadap suhu dan sentuhan. "Dalam kondisi normal dentin ditutupi oleh dentin smear layer.

Jika smear layer ini rusak maka dentin akan terbuka dan bila terkena sesuatu yang merangsang saraf akan menyebabkan rasa ngilu," kata drg.Robert Lessang, Sp.Perio, dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

Terbukanya email gigi bisa disebabkan oleh banyak faktor, misalnya saja aktivitas pengunyahan, terkikis (abrasi) akibat penyikatan yang terlalu keras, erosi akibat makanan yang terlalu asam, tekanan pengunyahan, serta karena faktor penuaan. Bagian gigi taring, gigi seri, bagian gigi sebelum geraham, serta gigi di bagian kiri merupakan tempat-tempat yang sering mengalami linu.

Keluhan gigi sensitif bisa menimpa siapa saja, namun separuh dari penderita gigi sensitif tidak menyadarinya. Yang menarik, menurut drg. Maria Melisa, dental detailing manager GlaxoSmithKline, penderita gigi sensitif terbanyak adalah perempuan, seperti yang dialami Ati. "Hampir 67 persen adalah wanita," katanya.

Ironisnya, hal tersebut disebabkan karena kaum wanita merupakan kelompok yang paling menjaga kebersihan giginya. "Karena ingin giginya terlihat lebih oke, kebanyakan justru menyikat gigi dengan keras," papar Maria dalam acara Sensodyne Expert Sharing di Jakarta beberapa waktu lalu.

Selain teknik penyikatan yang keliru, menurut Robert ada beberapa hal yang bisa menyebabkan gigi sensitif. Pasien perawatan periodontal (gusi), mereka yang melakukan pemutihan gigi (bleaching), orang yang produksi air liurnya sedikit (serostomia), serta faktor usia merupakan pemicu gigi sensitif.

Perlu diobati Jika selama menyikat gigi, memakai benang, mengunyah atau minum Anda menghindari tempat yang sensitif ini karena rasa linu, berarti Anda memerlukan pengobatan. Tidak bisa membersihkan gigi secara tuntas karena merasa linu juga dapat mengarahkan timbulnya penyakit gigi dan gusi.

Secara umum ada dua perawatan gigi sensitif, yakni perawatan invasif dan non invasif. "Tujuan perawatan adalah mengurangi pergerakan cairan dalam tubuli dentin serta menghambat respon ujung-ujung saraf," tutur Robert.

Sebelum menentukan perawatan yang paling tepat, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan. Salah satu alat pemeriksaan yang paling sederhana adalah air es. "Jika saat berkumur dengan air dingin terasa ngilu biasanya gigi memang sensitif," tambahnya. Bila perlu bisa dilakukan pemeriksaan perkusi dengan mengetuk-ngetuk gigi, dental explorer, sampai pemeriksaan radiograp.

Perawatan invasif adalah melakukan tindakan restorasi untuk menutup tubuli dentin hingga melakukan bedah mukogingiva untuk menutup akar gigi yang terbuka. Namun Robert lebih menyarankan perawatan non invasif sebagai tahap awal perawatan, yakni penggunaan pasta gigi khusus gigi sensitif (desensitisasi).

"Perawatan non invasif lebih efektif, murah dan secara klinis terbukti memperbaiki banyak kasus hipersensitif dentin," katanya.

Beberapa penelitian menunjukkan, penggunaan pasta gigi yang mengandung pottasium nitrat efektif mengurangi rasa nyeri secara signifikan pada minggu ke 4, 8 dan 12 setelah pemakaian. "Pottasium nitrat berfungsi melindungi saraf gigi sehingga menurunkan perangsangan yang memicu nyeri," tambah Melisa.

Sementara itu pasta gigi dengan kandungan strontium chloride  bermanfaat memblokir dentin sehingga tidak terjadi pergerakan cairan dalam tubuli dentin.

Perawatan non invasif lebih murah dan efektif

Penelitian yang dilakukan tahun 2007 terhadap pemakaian Sensodyne menunjukkan, pemakaian pasta gigi tersebut dalam 2-8 minggu mampu mengurangi gejala ngilu secara signifikan. "Hasil studi juga menyatakan penggunaan setiap hari mampu mencegah rasa ngilunya datang kembali," katanya.

Bisa dicegah Kondisi gigi sensitif sesungguhnya bisa dicegah. Caranya sederhana, menjaga kebersihan gigi dan mulut serta melakukan penyikatan gigi secara benar dengan pasta ggi yang tepat. "Hindari juga menyikat gigi segera setelah makan makanan atau minuman yang asam," saran Robert. Penggunaan tusuk gigi secara berlebihan juga bisa menyebabkan ngilu pada gigi, tambahnya.

Pasien yang ingin melakukan pemutihan (bleaching) juga disarankan untuk menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung pottasium nitrat dua minggu sebelum tindakan bleaching dan setelah tindakan.  "Tindakan bleaching bisa menyebabkan ngilu karena bahan-bahan kimia yang dipakai," urainya.

Selain untuk individu, dia juga mengingatkan agar dokter gigi menghindari instrumentasi (penghalusan yang berlebihan) pada permukaan akar saat bedah periodontal.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram