Joy melihat fenomena akhir-akhir ini soal tren behel. Alat kesehatan ini rupanya telah bergesar dari indikasi medis menjadi cenderung kebutuhan fashion. Sampai-sampai demi fashion dan tren kekinian, banyak remaja mengambil jalan pintas pasang ke tukang gigi untuk pasang behel yang tidak sesuai standa yang ditentukan demi biaya yang lebih terjangkau dan ga ribet.
Maka dari itu Joy mau jelaskan tentang prioritas perawatan gigi dan mulut.
Setiap kasus itu punya prioritas. Mana yang akan dikerjakan dulu. Ada urutannya. Agar semua perawatan tidak saling mengganggu dan hasilnya optimal.
Peradangan, kerusakan, rasa sakit, infeksi dan perdarahan harus ditangani dulu. Baru yang estetis di paling akhir.
Gigi rusak dibehelin itu ibarat kamu jual baju buat beli krim pemutih. Percuma. Imut dah jadinya. Item mutlak.
Behel itu tidak pernah menjadi perawatan prioritas untuk dikerjakan di awal. Kalau dikerjakan di awal sebelum semua masalah diberesin, tinggal ambil hikmah di akhir.
Penyesalan memang seperti pilot becak. Selalu di belakang.
Itu sebabnya dokter gigimu itu sibuk banget di awal buat beres-beresin gigimu dulu. Scaling, tambalin gigi yang lubang kalau ada. Cabut gigi yang rusak parah. Kontrol peradangan. Baru pasang behel. Biar tinggal konsen ke pergerakan giginya saja untuk ke depannya.
Jadi ngerti ya kenapa behel prosedurnya ribet? Ya karena ga ada yang namanya gawat darurat behel. Kecuali kamu ngeluhnya gini, "Dok, gua udah ga tahan lagi punya gigi selonjor. Udah ga kuat jelek, dok. Bikin jantung gua sering berhenti mendadak!"