Klinik Gigi Joy Dental, Yogyakarta - Apakah penting mengukur ukuran gigi palsu pada pasien dengan kondisi ompong total? Untuk menjawab rasa penasaran tersebut, Sobat Joy harus menyimak artikel kali ini hingga selesai ya!
Gigi palsu memiliki fungsi menggantikan gigi yang telah hilang akibat gigi yang telah berlubang besar dan tidak dapat dipertahankan, sehingga dapat memperbaiki fungsi pengunyahan dan juga memperbaiki estetis pasien, terutama pada kasus gigi depan yang hilang.
Untuk gigi palsu sendiri dapat menggantikan beberapa gigi yang hilang ataupun pada kondisi ompong total. Kondisi ompong total pada seseorang dapat disebabkan berbagai faktor seperti gigi yang berlubang, kondisi penyakit periodontal, trauma, dan lain-lain.
Dampak dari ompong total sendiri ada berbagai macam seperti tulang rahang yang lama-lama akan semakin menurun akibat gigi yang hilang, penurunan intake makanan bergizi karena kesulitan untuk mengunyah makanan akibat semua gigi telah hilang, dan penurunan tinggi wajah sehingga wajah akan tampak lebih tua.
Untuk memperbaiki dampak dari kondisi dari ompong total tersebut, pemasangan gigi palsu lengkap dapat menjadi pilihan yang tepat ya, Sobat Joy.
Pentingnya Mengukur Kesejajaran Rahang untuk Ukuran Gigi Palsu
Tahukah Sobat Joy, proses pemasangan gigi palsu untuk kondisi ompong total, memiliki tahapan yang lebih panjang, jika dibandingkan pada pemasangan gigi palsu pada gigi hilang sebagian? Dalam proses pemasangan gigi palsu pada kondisi ompong total, tahap pengukuran kesejajaran rahang memegang peranan penting.
Tahapan tersebut dinamakan pengukuran MMR atau Maxilo Mandibular Relationship. Hal ini dikarenakan pada kondisi ompong total, gigi yang tersisa sudah tidak ada, sehingga penentuan tinggi wajah tidak dapat dilakukan. Penentuan tinggi wajah penting, karena hal tersebut yang menentukan gigi palsu dapat nyaman dipakai.
Jika pengukuran tinggi wajah terlalu tinggi, akan menyebabkan gigi palsu sulit digunakan, serta menyebabkan defek saat berbicara, dan makanan yang dikunyah dapat mudah keluar.
Sedangkan jika tinggi wajah terlalu rendah, gigi palsu belum saling bertemu, makanan terlanjur masuk dan sulit dikunyah sehingga tidak melumat sempurna dan air ludah mudah menggenang melalui sudut mulut, sehingga lama-lama dapat menyebabkan luka di sudut mulut, yang biasa disebut angular cheilitis.
Serta masalah rongga mulut lain yaitu costen syndrome, disebabkan dimensi vertikal yang terlalu rendah membuat kaput rahang cenderung memiliki posisi lebih ke belakang. Sehingga menyebabkan terjepitnya saraf di area rahang, berakibat telinga terasa berdenging, sensasi terbakar pada rongga mulut, dan sakit pada sendi rahang.
Proses Pengukuran Kesejajaran Rahang
Sobat Joy telah mengetahui pentingnya tahapan kesejajaran rahang dalam pembuatan gigi palsu lengkap, kali ini dibahas proses dari tahapan pengukuran kesejajaran rahang, yaitu tahapan MMR. Pertama-tama, pasien didudukkan di kursi dental, diusahakan rahang sejajar lantai.
Tahap selanjutnya ditentukan 3 titik untuk membentuk suatu garis yang dinamakan garis chamfer. Titik tersebut antara lain titik di depan lubang telinga kanan dan kiri ke arah sudut mata serta titik di daerah spina nasalis anterior.
Setelah ketiga titik tersebut ditandai, selanjutnya titik tersebut dihubungkan menggunakan benang dan difiksasi, didapatkan garis chamfer. Selanjutnya siapkan plat gigi palsu rahang atas dan bawah yang telah dipasang wax berbentuk tapal kuda yang dinamakan bite rim.
Bite rim inilah yang nantinya akan menjadi tempat gigi-gigi palsu terpasang. Plat bite rim rahang atas dipasangkan ke pasien dan dengan bantuan alat occlusal guide plane, diperhatikan apakah bite rim tersebut telah sejajar dengan benang garis chamfer yang terpasang di pasien, baik tampak dari depan maupun samping.
Setelah diperoleh kesejajaran, tahapan selanjutnya menentukan dimensi vertikal wajah. Dimensi vertikal wajah yang akan dicari ada 2 jenis antara lain dimensi vertikal wajah istirahat (VDR) dan dimensi vertikal oklusi (VDO).
Dimensi vertikal wajah istirahat didapat saat posisi bibir atas dan bawah dalam keadaan rileks, diukur dari pupil mata ke sudut mulut (PM) dan dari hidung ke dagu (HD) dengan hasil dari kedua ukuran tersebut akan memiliki nilai yang sama. Sebelum berlanjut ke penentuan dimensi vertikal oklusal, dibutuhkan juga nilai jarak free way space.
Jarak free way space merupakan jarak gigi atas dan bawah saat istirahat, biasanya didapat dari selisih jarak VDR dan VDO, untuk nilai free way space normal sendiri sekitar 2 mm.
Kemudian, untuk pengukuran dimensi vertical oklusi, dilakukan dengan cara pasien diinstruksikan untuk menggigit bite rim atas dan bawah, sampai didapat jarak VDR(PM=HD)-jarak free way space. Agar mendapatkan jarak free way space yang tepat, tinggi bite rim rahang bawah dapat dikurangi sesuai kebutuhan.
Tanda jarak free way space sudah tepat, bisa dicek dengan menginstruksikan pasien untuk melafalkan huruf ‘S’ saat menggunakan plat atas dan bawah berisi bite rim, jika pelafalan sudah jelas maka jarak free way space sudah pas dan nilai dimensi vertikal oklusal telah didapat.
Jika jarak free way space kurang, maka pelafalan huruf ‘S’ akan sulit terucap, dan sebaliknya jika jarak free way space berlebih, maka pelafalan huruf ‘S’ akan berlebihan dan terasa ada air ludah yang tersembur saat pelafalan dilakukan.
Pada penentuan jarak free way space yang kurang tepat akan mengakibatkan pelafalan huruf “F”, “V”, “M”, “B”, “P”, dan “S” menjadi tidak jelas.
Selain proses pengukuran kesejajaran yang telah dijelaskan. Dilakukan pula penentuan kecembungan gigi palsu terhadap wajah dan bibir, agar saat gigi palsu terpasang tidak hanya memperbaiki fungsi pengunyahan namun juga memperbaiki estetis profil wajah yang berubah akibat kondisi ompong total.
Setelah tahapan pengukuran kesejajaran telah dilakukan, tahapan selanjutnya adalah pencatatan oklusi sentrik, yang bertujuan untuk mencari relasi sentrik pasien saat plat bite rim digunakan.
Selanjutnya setelah relasi sentrik ditemukan, dilakukan penandaan 3 garis pada bite rim yang akan digunakan sebagai patokan ditempatkannya anasir gigi, yaitu garis median line, garis kaninus, dan laugh line.
Tujuan ditentukannya ketiga garis tersebut sebagai patokan ditempatkannya anasir gigi-gigi depan atas dan bawah, agar saat berfungsi gigi-gigi tersebut dapat memperbaiki estetik dan ekspresi penggunanya.
Kemudian, setiap selesai tahapan pemasangan anasir gigi-gigi depan maupun belakang pada bite rim wax, akan dilakukan tahapan dipasangkan ke pasien atau disebut dengan try in, untuk memastikan susunan gigi yang telah terpasang sudah pas dan dapat berfungsi dengan baik di mulut pasien, sebelum gigi palsu lengkap benar-benar diproses di lab.
Tips Merawat Gigi Palsu
Setelah mengetahui pentingnya pengukuran kesejajaran pada proses pemasangan gigi palsu lengkap, Sobat Joy juga harus mengetahui pentingnya merawat gigi palsu yang dimiliki, agar gigi palsu tetap awet dan nyaman dipakai dalam waktu yang lama.
Gigi palsu harus dibersihkan saat malam hari dengan sikat gigi, agar plat gigi palsu tetap bersih bebas dari sisa makanan yang dapat menyebabkan bakteri dan jamur dapat berkembang biak. Selain itu gigi palsu juga direndam dalam air bersih suhu ruang tiap malam setelah dibersihkan dan saat tidur, gigi palsu tidak dipakai.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan proses pembuatan gigi palsu pada kondisi ompong total terbilang panjang, terutama pada tahapan pengukuran kesejajaran. Akan tetapi, tahapan pengukuran tersebut memegang peranan penting.
Hal ini dikarenakan dapat menentukan gigi palsu lengkap tersebut akan dapat nyaman digunakan saat untuk mengunyah, ataupun berbicara, serta juga dapat memperbaiki estetis wajah yang terganggu akibat kondisi ompong total.
Pengukuran kesejajaran yang tidak akurat akan berdampak gigi palsu lengkap tidak nyaman digunakan dan dapat menyebabkan gangguan baru pada rongga mulut pasien. Jika Sobat Joy memiliki keluhan gigi ompong, silahkan bisa konsultasikan ke dokter gigi Joy Dental terdekat dengan lokasi Sobat Joy ya.
Penulis : drg. Verisa Rizki