Logo Klinik Gigi Joy Dental
Beranda » Artikel » Cara Mengatasi Takut ke Dokter Gigi pada Anak

Cara Mengatasi Takut ke Dokter Gigi pada Anak

Maret 4, 2024

Klinik Gigi Joy Dental - Anak takut ke dokter gigi? Lalu bagaimana cara mengatasinya? Sobat Joy bisa menyimak artikel berikut untuk mengetahui berbagai informasi terkait cara mengatasi anak yang takut periksa ke dokter gigi.

Tidak sedikit masyarakat yang beranggapan bahwa perawatan gigi susu pada anak tidaklah terlalu penting, karena nantinya gigi susu akan digantikan oleh gigi permanen. Pernyataan ini tidak sepenuhnya salah, namun kurang tepat ya Sobat Joy. 

Susunan gigi susu sama seperti gigi permanen. Artinya jika ada lubang pada gigi susu atau kelainan pada jaringan di sekitarnya, maka rasa sakitnya sama seperti yang dirasakan pada gigi dewasa. Ketika anak butuh penanganan dari dokter gigi, tidak jarang anak-anak merasa asing, cemas, bahkan takut karena kurangnya pengenalan pada lingkungan dokter gigi sejak dini.

Mengatasi rasa takut ke dokter gigi pada anak, Sumber: halodoc.com
Mengatasi rasa takut ke dokter gigi pada anak, Sumber: halodoc.com

Gigi susu memiliki “masa berlaku” bertumbuh di dalam rongga mulut anak-anak. Biasanya akan mulai digantikan dengan gigi permanen pada usia sekitar 6-7 tahun, berurutan dari gigi depan sampai ke belakang. 

Jadi, selama masa berlaku tersebut gigi susu wajib dirawat sebaik mungkin untuk menghindari adanya kerusakan sebelum waktunya tanggal atau lepas. Jika gigi susu berlubang dan tidak dirawat, bisa menimbulkan keluhan seperti nyeri dan bengkak yang dapat mengganggu aktivitas anak-anak sehari-hari.

Mengapa Anak-Anak Takut ke Dokter Gigi?

Berikut merupakan faktor-faktor penyebab anak takut ke dokter gigi.

1. Kurangnya Pengenalan yang Tepat pada Anak Oleh Orang Tua tentang Lingkungan Dokter Gigi

Sobat Joy, seperti penjelasan di atas, masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa gigi susu tidak perlu dirawat karena nantinya akan diganti dengan gigi permanen, sehingga anak-anak pun tidak diberikan pengenalan yang tepat mengenai perawatan gigi dengan dokter gigi. 

Padahal, jika gigi susu yang mengalami kerusakan dan tidak mendapatkan perawatan dapat menimbulkan keluhan seperti nyeri dan bengkak yang dapat berakibat pada pertumbuhan dan perkembangan anak. 

Anak jadi rewel, tidak nafsu makan, juga tidak semangat belajar dan bermain seperti biasanya. Asupan nutrisi jadi kurang, imunitas anak pun ikut berkurang, sehingga anak mudah sekali terserang penyakit.

Adapun orang tua yang mungkin sudah mengenalkan anaknya dengan dokter gigi, namun caranya kurang tepat. Contoh, jika anak tidak mau sikat gigi maka orang tuanya mengancam dan menakut-nakuti dengan mengucapkan “nanti kalau giginya sakit disuntik lho sama dokter gigi”. Cara seperti ini akan menimbulkan kesan buruk dari anak terhadap dokter gigi.

2. Suasana Klinik Gigi yang Kurang Nyaman Bagi Anak

Banyak anak yang merasa tidak nyaman saat berada di klinik gigi karena identik dengan suasana yang menegangkan, bunyi bising dari alat yang digunakan, dan image buruk dokter gigi yang banyak didengar oleh anak-anak.

3. Pengalaman Masa Lalu

Adapun anak-anak dengan pengalaman yang kurang menyenangkan pada kunjungan pertamanya ke dokter gigi dapat mempengaruhi persepsi anak terhadap kunjungan berikutnya ya Sobat Joy. 

Survei menunjukkan bahwa antara 5%-6% dari populasi dan 16% dari anak usia sekolah memiliki ketakutan terhadap dokter gigi. Anak sering membuat penilaian tentang dokter gigi mereka berdasarkan penampilan dokter gigi dan sering merekam serta menganalisis setiap kata, gerakan, dan isyarat dokter gigi selama perawatan.

Anak tidak mau ke dokter gigi, Sumber: health.okezone.com
Anak tidak mau ke dokter gigi, Sumber: health.okezone.com

Tips agar Anak Tidak Takut ke Dokter Gigi

Supaya Anak tidak takut ke dokter gigi, terdapat berbagai tips yang bisa Sobat Joy ikuti. Berikut informasinya:

1. Pilih Dokter Gigi Anak dan Klinik Gigi yang Menarik untuk Anak

Pilihlah dokter gigi yang berkompeten dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan pasien anak. Sobat Joy boleh mencari rekomendasi dan referensi dari keluarga, teman, atau masyarakat sekitar yang sudah pernah memiliki pengalaman berkunjung ke dokter gigi. 

Adapun Dokter Gigi Spesialis Gigi Anak yang secara legal formal jelas memiliki kompetensi menangani berbagai kasus pada gigi anak.

Tidak lupa pemilihan suasana klinik gigi khusus anak dengan fasilitas yang nyaman dan menarik bagi anak-anak juga sangat penting ya Sobat Joy. Klinik gigi dengan desain interior yang lucu, ruang tunggu yang kids friendly, serta staff klinik yang ramah diharapkan mampu mengurangi kecemasan pada anak saat pertama masuk ke dalam klinik gigi.

2. Perkenalkan Kunjungan ke Dokter Gigi pada Anak Sejak Dini

Waktu ideal untuk orang tua memperkenalkan kunjungan ke dokter gigi pada anak adalah saat gigi susunya mulai tumbuh, yaitu sekitar usia 6-7 bulan. Pada kunjungan pertama ini tidak selalu dilakukan tindakan ya Sobat Joy. 

Paling tidak anak sudah mau mengenal lingkungan klinik gigi, dan pastinya dokter gigi akan memberikan edukasi mengenai cara merawat gigi anak di rumah serta saran kunjungan berikutnya. Tidak menutup kemungkinan pada saat kunjungan pertama anak menangis ya Sobat Joy. Biarkan anak beradaptasi di lingkungan klinik tanpa ada tekanan dan paksaan.

3. Gunakan Pendekatan Positif dan Edukatif

Apabila anak sudah mampu berkomunikasi, Sobat Joy bisa memberikan sounding pada anak akan pentingnya perawatan gigi. Hendaknya orang tua senantiasa memberikan dukungan positif pada anak untuk senantiasa memperhatikan kesehatan gigi dan mulutnya, tanpa adanya ancaman dan kata-kata menakutkan tentunya. 

Sobat Joy juga bisa menggunakan alat visual seperti buku cerita atau boneka peraga untuk memberikan gambaran mengenai perawatan gigi pada anak.

Ruangan klinik gigi untuk pemeriksaan gigi anak, Sumber: mhdc.co.id
Ruangan klinik gigi untuk pemeriksaan gigi anak, Sumber: mhdc.co.id

Perawatan Gigi Anak di Rumah

Untuk menghindari berbagai masalah kesehatan gigi anak, maka anak bisa melakukan berbagai perawatan berikut ini di rumah.

1. Terapkan Kebiasaan Kebersihan Gigi yang Menyenangkan pada Anak

Jadikan aktivitas menyikat gigi menjadi senyaman mungkin dan menyenangkan bagi anak. Biarkan anak memilih sikat gigi dan pasta gigi yang mereka inginkan dan tetapkan waktu untuk menyikat gigi bersama, yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Dengan begitu anak akan terbiasa dengan aktivitas menyikat gigi.

Bagaimana jika anak melawan saat dilakukan sikat gigi? Sobat Joy bisa memberikan afirmasi positif dengan nada tegas namun tetap tenang pada anak, dan lakukan hal ini dengan konsisten. Jika pelu, orang tua boleh menggunakan media visual seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, agar lebih menarik perhatian anak. 

2. Berikan Reward dan Pujian

Sobat Joy juga bisa memberikan reward dan pujian kepada anak dengan syarat tertentu. Misal, jika dalam satu hari anak mau menyikat gigi maka anak tersebut boleh mendapatkan “bintang” yang nantinya diakumulasi dalam satu bulan. 

Jika anak dapat mengumpulkan bintang dalam jumlah tertentu, maka ia berhak mendapat hadiah dari orang tuanya. Tentunya hadiah yang bersifat edukatif ya Sobat Joy. 

Bagaimana dengan Anak yang Mengalami Pengalaman Negatif Sebelumnya?

Tidak sedikit anak yang pernah merasakan pengalaman kurang menyenangkan saat kunjungan pertamanya ke dokter gigi. Di sini, selain peran orang tua dalam memberikan support bagi anaknya, teman sebayanya juga bisa memberikan pengaruh positif pada anak. 

Sobat Joy bisa meminta bantuan kepada teman si anak untuk memberikan semangat agar anak tidak takut ke dokter gigi. 

Kecemasan maupun ketakutan anak terhadap lingkungan klinik gigi adalah hal yang lumrah terjadi. Sobat Joy bisa menerapkan tips-tips di atas agar anak tidak takut ke dokter gigi. Anak bisa karena terbiasa. Percayakan perawatan gigi dan mulut anak dengan Klinik Gigi Joy Dental agar kesehatan gigi anak tetap terjaga.

Penulis: drg. Deniarsha Putri Puspita Cerry

Sumber:Anwar, AI. 2014. Persepsi Anak terhadap Dokter Gigi pada Rumah Sakit Gigi Mulut Halimah Dg. Sikati di Makassar. Dentofasial. Vol.13 No.2: halaman 1-2.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram